A. Lamun
1. Pengertian
lamun
Lamun
merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan beradaptasi
secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi salinitas tinggi, hidup
terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.
Hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir disebut sebagai padang
lamun (seagrass bed). Padang lamun merupakan salah satu ekosistem
perairan yang produktif dan penting, hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai
stabilitas dan penahan sedimen, mengembangkan sedimentasi, mengurangi dan
memperlambat pergerakan gelombang, sebagai daerah feeding, nursery, dan
spawning ground, sebagai tempat berlangsungnya siklus nutrient (Philips dan
Menez, 2008 dalam Sakaruddin
2011).
Penyebaran
padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup hampir seluruh
perairan nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Lamun dapat tumbuh pada daerah perairan
dangkal yang agak berpasir atau berlumpur dan masih dapat dijumpai sampai
kedalaman 40 meter dengan penetrasi cahaya yang masih baik (Hemminga dan
Duarte, 2000 dalam Sakaruddin
2011).
Terdapat
12 jenis lamun di Indonesia, tergolong ke dalam dua suku yaitu Hydrocharitaceae
dan Cymodoceaceae/Potamogetonaceae, lamun termasuk ke dalam divisi
Magnoliophyta dan merupakan kelas Angiospermae. Sebagian besar lamun
berumah dua, yang artinya hanya terdapat satu jantan dan satu betina saja dalam
satu individu. Sistem perkembangbiakannya tergolong khas karena melalui
penyerbukan dalam air (hydrophillous pollination) (Kawaroe, 2009 dalam Sakaruddin 2011).
2.
Manfaat Lamun
Secara
ekologi, kebun lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun
merupakan sumber utama produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh
dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam bentuk
detritus). Selanjutnya mereka berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana
kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan sistem akar yang padat dan saling
menyilang. Penstabilan dasar oleh akar ini sangat kuat dan mampu bertahan dalam
topan badai sekalipun. Sebaliknya, sistem ini dapat melindungi banyak
organisme. Jadi terdapat banyak hewan umum yang dijumpai di kebun lamun, tetapi
tidak berhubungan dengan tingkatan makanan secara langsung. Kebun lamun
berperan juga sebagi tempat pembesaran bagi banyak spesies yang menghabiskan
waktu dewasanya dilingkungan lain. (Nyabaken, JW. 1992)
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun
mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad
hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun
di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
1. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat
produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang
ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
2.
Sebagai habitat biota
Lamun
memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan
tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga
sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan
herbivora dan ikan– ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).
3. Sebagai penangkap sedimen
Daun lamun yang lebat akan
memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di
sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan
dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar
permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat
mencegah erosi.
4. Sebagai pendaur zat hara
Lamun memegang peranan
penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di
lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
a. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui.
b. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
c. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
d. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
e. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
f. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan (Philip and Menez, 1988)
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
a. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui.
b. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
c. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
d. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
e. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
f. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan (Philip and Menez, 1988)
Selanjutnya
dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara
modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Digunakan untuk kompos dan pupuk
2. Cerutu dan mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang
5. Mengisi kasur
6. Ada yang dimakan
7. Dibuat jaring ikan
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1. Penyaring limbah
2. Stabilizator pantai
3. Bahan untuk pabrik kertas
4. Makanan
5. Obat-obatan
6. Sumber bahan kimia
1. Digunakan untuk kompos dan pupuk
2. Cerutu dan mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang
5. Mengisi kasur
6. Ada yang dimakan
7. Dibuat jaring ikan
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1. Penyaring limbah
2. Stabilizator pantai
3. Bahan untuk pabrik kertas
4. Makanan
5. Obat-obatan
6. Sumber bahan kimia
1.
Jenis-jenis lamun di Indonesia
a. Enhalus acoroides
Enhalus
acoroides memiliki rhizoma yang ditumbuhi oleh rambut-rambut padat
dan kaku dengan lebar lebih dari 1,5 cm, memiliki akar yang banyak dan
bercabang dengan panjang antara 10 – 20 cm dan lebar 3 – 5 mm. Daun dari
tumbuhan ini dapat mencapai 30 – 150 cm dengan lebar 1,25 – 1,75 cm (Philips
dan Menez 1988 dalam Latuconsina,
2002). Menurut Thomascik et al (1997), akar E.
acoroides dapat mencapai panjang lebih dari 50 cm sehingga dapat menancap
secara kuat pada substrat.
Klasifikasi :
Gambar 1. Enhalus
acoroides (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
Division : Anthophyta
Class : Angiospermae
Order : Helobiae
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides (Den Hartog, 1970)
b. Halophila decipiens
Halophila decipiens bentuk daunnya bulat tapi bagian pinggir
daunnya bergerigi seperti gergaji, ujung daun melingkar. Tumbuh pada substrat
berpasir pada perairan dalam dan daerah terumbu (Den Hartog, 1970).
Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar
2. Halophila decipiens (Den Hartog,
1970)
Kingdom : Plantae
Division :
Anthophyta
Class :
Angiospermae
Subclass
: Monocotyledonae
Order : Helobiae
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species : Halophila decipiens (Den Hartog, 1970)
c. Halophila ovalis
Halophila ovalis nama umumnya adalah gulma dayung. Halophila ovalis adalah tanaman herba
kecil yang terdapat di dasar laut dan di lingkungan air asin lainnya
(Wikipedia, 2010).
Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 3. Halophila ovalis (Den Hartog, 1970)
kingdom : Plantae
Division :
Anthophyta
Class :
Angiospermae
Order : Helobiae
Family : Hydrocharitaceae
Genus
: Halophila
Species : Halophila ovalis (Den Hartog, 1970)
d.
Halophila
minor
Halophila
minor bentuk Daunnya
bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau wali, panjang daun 5-15 mm,
pasangan daun dengan tegakan pendek, ujung daun melingkar dan tepi daun halus,
daunnya berbentuk kelopak dan ditemukan pada daerah dangkal atau dataran pasir
intertidal (Wikipedia, 2014).
Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar
4. Halophila minor (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
Division :
Anthophyta
Class :
Angiospermae
Subclass
: Monocotyledonae
Order : Helobiae
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species : Halophila minor (Den Hartog, 1970)
e. Halophila spinulosa
Daun bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau
wali, daun dengan 4-7 pasang tulang daun, daun sampai 22 pasang, tidak
mempunyai tangkai daun, ujung daun bundar, tiap daun memiliki pasangan yang
saling berlawanan, tumbuh tegak dengan panjang hingga 15 cm, dan memiliki
rhizoma (Wikipedia, 2014).
Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 5. Halophila
spinulosa (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
Division : Anthophyta
Class : Angiospermae
Order : Helobiae
Family
: Hydrocharitaceae
Genus
: Halophila
Spesies
: Halophila spinulosa (Den Hartog, 1970)
f. Thalassia hemprichii
Thalassia hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang
tumbuh di perairan tropik dan penyebarannya cukup luas. Lamun jenis ini sangat
umum dan banyak ditemukan di daerah rataan terumbu, baik yang tumbuh
sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama dengan lamun
jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi). T. hemprichii mempunyai rimpang (rhizoma) yang berwarna coklat atau
hitam dengan ketebalan 1 – 4 mm dan panjang
3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana akar dikelilingi
oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun
dengan apeks daun yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm
(Kiswara, 1992).
Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 6. Thalassia hemprichii (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
Division :
Anthophyta
Class:
Angiospermae
Subclass:
Monocotyledonae
Order: Helobiae
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Species :Thalassia
hemprichii (Den Hartog, 1970)
g.
Cymodocea rotundata
Cymodocea rotundata memiliki
ujung daun melingkar (rounded), tulang daun antara 9–15, daun berbentuk pita,
tepi daun halus licin, hidup pada substrat berlumpur. Daun muncul dari stem
vertikal, Leaf scars melingkari steam vertikal secara
penuh, biji yang terbentuk melekat di rhizoma dan terkubur dalam sedimen dan
biji yang matang berwarna gelap dan berkulit keras (Den Hartog, 1970).
Download file lengkap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar