Jumat, 13 November 2015

EKOLOGI LAUT : LAMUN (Laporan Lengkap Ekologi laut)

A.     Lamun



1.   Pengertian lamun
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi salinitas tinggi, hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.  Hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed).  Padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan yang produktif dan penting, hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai stabilitas dan penahan sedimen, mengembangkan sedimentasi, mengurangi dan memperlambat pergerakan gelombang, sebagai daerah feeding, nursery, dan spawning ground, sebagai tempat berlangsungnya siklus nutrient (Philips dan Menez, 2008 dalam Sakaruddin 2011).
Penyebaran padang  lamun di  Indonesia cukup luas, mencakup hampir seluruh perairan nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya.  Lamun dapat tumbuh pada daerah perairan dangkal yang agak berpasir atau berlumpur dan masih dapat dijumpai sampai kedalaman 40 meter dengan penetrasi cahaya yang masih baik (Hemminga dan Duarte, 2000 dalam Sakaruddin 2011).
Terdapat 12 jenis lamun di Indonesia, tergolong ke dalam dua suku yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceaceae/Potamogetonaceae, lamun termasuk ke dalam divisi Magnoliophyta dan merupakan kelas Angiospermae.  Sebagian besar lamun berumah dua, yang artinya hanya terdapat satu jantan dan satu betina saja dalam satu individu.  Sistem perkembangbiakannya tergolong khas karena melalui penyerbukan dalam air (hydrophillous pollination) (Kawaroe, 2009 dalam Sakaruddin 2011).

2.   Manfaat Lamun
Secara ekologi, kebun lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan sumber utama produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam bentuk detritus). Selanjutnya mereka berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan sistem akar yang padat dan saling menyilang. Penstabilan dasar oleh akar ini sangat kuat dan mampu bertahan dalam topan badai sekalipun. Sebaliknya, sistem ini dapat melindungi banyak organisme. Jadi terdapat banyak hewan umum yang dijumpai di kebun lamun, tetapi tidak berhubungan dengan tingkatan makanan secara langsung. Kebun lamun berperan juga sebagi tempat pembesaran bagi banyak spesies yang menghabiskan waktu dewasanya dilingkungan lain. (Nyabaken, JW. 1992)
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut: 
1. Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang.

2. Sebagai habitat biota 
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan– ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977). 
3.    Sebagai penangkap sedimen 
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi. 
4.    Sebagai pendaur zat hara 
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit. 
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif.
 ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
a. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui.
b. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
c. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang   berkunjung ke padang lamun.
d. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
e. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
f. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan (Philip and Menez, 1988)
Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Digunakan untuk kompos dan pupuk
2. Cerutu dan mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang
5. Mengisi kasur
6. Ada yang dimakan
7. Dibuat jaring ikan

Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1. Penyaring limbah
2. Stabilizator pantai
3. Bahan untuk pabrik kertas
4. Makanan
5. Obat-obatan
6. Sumber bahan kimia

1.   Jenis-jenis lamun di Indonesia
a.   Enhalus acoroides
            Enhalus acoroides memiliki rhizoma yang ditumbuhi oleh rambut-rambut padat dan kaku dengan lebar lebih dari 1,5 cm, memiliki akar yang banyak dan bercabang dengan panjang antara 10 – 20 cm dan lebar 3 – 5 mm. Daun dari tumbuhan ini dapat mencapai 30 – 150 cm dengan lebar 1,25 – 1,75 cm (Philips dan Menez 1988 dalam Latuconsina, 2002). Menurut Thomascik et al (1997), akar E. acoroides dapat mencapai panjang lebih dari 50 cm sehingga dapat menancap secara kuat pada substrat.

Klasifikasi :
Gambar 1. Enhalus acoroides (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
    Division : Anthophyta
        Class : Angiospermae
              Order : Helobiae
      Family : Hydrocharitaceae
                         Genus : Enhalus          
                                Species : Enhalus acoroides (Den Hartog, 1970)
b.    Halophila decipiens
Halophila decipiens  bentuk daunnya bulat tapi bagian pinggir daunnya bergerigi seperti gergaji, ujung daun melingkar. Tumbuh pada substrat berpasir pada perairan dalam dan daerah terumbu (Den Hartog, 1970).

Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 2. Halophila decipiens (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
    Division : Anthophyta
         Class : Angiospermae
              Subclass : Monocotyledonae
                  Order : Helobiae
                       Family : Hydrocharitaceae
                           Genus : Halophila
                                Species : Halophila decipiens (Den Hartog, 1970)

c.     Halophila ovalis
Halophila ovalis nama umumnya adalah gulma dayung. Halophila ovalis adalah tanaman herba kecil yang terdapat di dasar laut dan di lingkungan air asin lainnya (Wikipedia, 2010). 

Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 3. Halophila ovalis (Den Hartog, 1970)
kingdom : Plantae
    Division : Anthophyta
        Class : Angiospermae
                Order : Helobiae
                    Family : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
      Species : Halophila ovalis (Den Hartog, 1970)

d.    Halophila minor
Halophila minor bentuk Daunnya bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau wali, panjang daun 5-15 mm, pasangan daun dengan tegakan pendek, ujung daun melingkar dan tepi daun halus, daunnya berbentuk kelopak dan ditemukan pada daerah dangkal atau dataran pasir intertidal (Wikipedia, 2014).

Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 4. Halophila minor (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
   Division : Anthophyta
        Class : Angiospermae
            Subclass : Monocotyledonae            
                 Order : Helobiae
                      Family : Hydrocharitaceae
                          Genus : Halophila
      Species : Halophila minor (Den Hartog, 1970)

e.    Halophila spinulosa
Daun bulat-panjang, bentuk seperti telur atau pisau wali, daun dengan 4-7 pasang tulang daun, daun sampai 22 pasang, tidak mempunyai tangkai daun, ujung daun bundar, tiap daun memiliki pasangan yang saling berlawanan, tumbuh tegak dengan panjang hingga 15 cm, dan memiliki rhizoma (Wikipedia, 2014).



Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 5. Halophila spinulosa (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
     Division : Anthophyta
Class : Angiospermae
      Order : Helobiae              
 Family : Hydrocharitaceae
     Genus : Halophila
                              Spesies : Halophila spinulosa (Den Hartog, 1970)

f.     Thalassia hemprichii
 Thalassia hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang tumbuh di perairan tropik dan penyebarannya cukup luas. Lamun jenis ini sangat umum dan banyak ditemukan di daerah rataan terumbu, baik yang tumbuh sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama dengan lamun jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi). T. hemprichii mempunyai rimpang (rhizoma) yang berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1 – 4 mm dan panjang  3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana akar dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun dengan apeks daun yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm (Kiswara, 1992).

Klasifikasi (Den Hartog, 1970):
Gambar 6. Thalassia hemprichii (Den Hartog, 1970)
Kingdom : Plantae
    Division : Anthophyta
        Class: Angiospermae
            Subclass: Monocotyledonae             
                Order: Helobiae
                     Family : Hydrocharitaceae
   Genus : Thalassia
                               Species :Thalassia hemprichii (Den Hartog, 1970)

g.    Cymodocea rotundata

Cymodocea rotundata memiliki ujung daun melingkar (rounded), tulang daun antara 9–15, daun berbentuk pita, tepi daun halus licin, hidup pada substrat berlumpur. Daun muncul dari stem vertikal, Leaf scars melingkari steam vertikal secara penuh, biji yang terbentuk melekat di rhizoma dan terkubur dalam sedimen dan biji yang matang berwarna gelap dan berkulit keras  (Den Hartog, 1970).


Download file lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar